Refleksi Hari Ibu: Ibu Kau Bukan Tulang Punggung

22/12/2021 06:45
Array
banner-single

Refleksi Hari Ibu: Ibu Kau Bukan Tulang Punggung

Penulis : Yani Suryani


22 Desember diperingati sebagai hari ibu. Tanggal tersebut ditetapkan sebagai hari ibu berdasarkan Keputusan Presiden Soekarno kala itu Nomor 316 tahun 1959. Sebelumnya telah diadakan Konggres yang dihadiri 600 orang dari 30 organisasi.

Sosok ibu memang luar biasa, jadi wajar jika memang ada sebuah penghargaan lewat peringatan hari ibu tersebut. Terlepas dari semua itu jauh sebelumnya bukankah sosok suri tauladan kita ketika ditanya oleh seorang sahabat siapa sejatinya yang harus kita hormati di dunia ini? Beliau pun menjawab ibumu, ibumu, ibumu kemudian bapakmu.

Begitu luar biasanya Islam mengajarkan bagaimana memuliakan ibu dengan mengganggap bahwa ibu layak mendapatkan peringkat tiga kali dibanding ayah. Ada sebuah kehormatan yang luar biasa kepada seorang ibu.

Namun saat ini jika kita melihat peristiwa bagaimana seorang ibu seolah jauh dari tempat yang digambarkan dari peringkat teratas dibanding seorang ayah. Ibu saat ini banyak yang harus berjuang untuk menghidupi keluarga demi menyambung hidup. Faktornya memang banyak yang mengakibatkan kondisi tersebut.

Padahal kewajiban mencari nafkah adalah dipundak seorang ayah. Bahkan ada pepatah yang mengatakan bahwa ayah adalah tulang punggung dan ibu adalah tulang rusuk. Atas dasar emansipasi dan persamaan saat ini malah banyak sekali seorang ibu yang akhirnya menjadi tulang punggung. Memang seorang ibu boleh untuk bekerja dengan tujuan membantu .

Sosok ibu saat ini pun banyak yang akhirnya menjadi kepala keluarga karena adanya perceraian, atau hal lain. Dan perceraian jumlahnya selalu meningkat dari tahun ke tahun, sehingga menambah panjang derita seorang ibu. Memang dalam rumah tangga selalu ada masalah, namun harusnya masalah itulah yang kita selesaikan bukan biduk rumah tangga yang kita robohkan. Karena lewat perceraian ini biasanya yang akan mengalami penderitaan adalah seorang ibu. Bahkan imbasnya akan terkena buah hati hasil dari pernikahan.

Di hari ibu ini penulis yang juga seorang ibu berharap agar kondisi ibu menjadi sosok yang memang luar biasa. Islam menggambarkan sosok ibu dengan perannya sebagai ibu mampu menjadikan seorang anak menjadi luar biasa. Generasi hebat dan beradab aka ada jika para ibu tidak disibukkandengan hal yang sejatinya bukan menjadi kewajibannya.

Jika kita berbicara tentang persamaan derajat, mengedepankan ide-ide yang menganggap tidak ada perbedaan antara seorang wanita atau lelaki, seorang ibu dan ayah, islam pun tidak membedakan sosoknya sebagai hamba. Namun jika ada sebuah hal yang keluar dari fitrahnya aka nada sebuah keganjilan kelak walaupun dimata manusia bahwa itu terbaik. Jika akhirnya seorang ibu harus menjadi tulang punggung, maka aka ada fungsi seorang ibu sebagai pencetak generasi sehebat Al Fatih yang akhirnya tak terwujud. Jika fungsi ibu dikembalikan pada fitrah sesungguhnya, akan ada keteraturan yang terjadi. wallahu’alam

Rekomendasi Anda

BANNER-ATAS

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terkini Lainnya