*Mengenang Sang Pejuang Kemerdekaan: 44 Tahun Wafatnya Abuya Rasyidi, Ulama Kharismatik Balaraja*

26/03/2024 08:27
Array
banner-single

 

Liputan 45.Com-Balaraja- 2024 – Tepat 44 tahun yang lalu, pada 16 Ramadhan 1400 Hijriah, sebuah obor dakwah dan perjuangan padam di bumi Balaraja. Beliau adalah Abuya Rasyidi, seorang ulama kharismatik yang tak hanya dikenal sebagai pengajar agama, tetapi juga pejuang kemerdekaan yang gagah berani.

Kisah hidup Abuya Rasyidi bagaikan lembaran sejarah yang sarat makna. Lahir di kampung Carenang kecamatan Kopo kabupaten Serang dan menimba ilmu di Makkah selama 23 tahun, beliau berguru kepada ulama-ulama terkemuka, termasuk Abuya Syaban ulama dari Banten sepupu dari Syekh Nawawi Al Bantani, yang kemudian menjadi mertuanya.

Pada tahun 1920-an, Abuya Rasyidi kembali ke tanah air bersama beberapa ulama ternama, seperti Mamah Falak Pagentongan, KH. Abdul Halim Kadupesing, KH. Mukri Labuan, dan KH. Artamin Tenjo.

Di tanah air, beliau tak henti-hentinya menyebarkan ilmu agama dan berdakwah. Menurut penuturan almaghfurlah KH. Kosim sesepuh ulama Paku haji, bahwa Abuya Rasyidi membuat perkampungan baru dan mendirikan langgar di tempat tersebut dan mendirikan pengajian dan mengajarkan pencak silat, beberapa daerah di wilayah Paku haji, Teluknaga juga wilayah Jasinga. membangkitkan semangat jihad melawan penjajah, di wilayah Tangerang Utara beliau berdakwah bersama kyai sa’dullah dan beberapa kyai di daerah Teluknaga.

Menurut tokoh jawara Banten KH. Ali Nurdin Ciujung Keragilan Serang bahwa KH. Rasyidi adalah guru besar pencak silat di Banten khususnya di wilayah serang.

Kisah heroik Abuya Rasyidi tak berhenti di situ. Pada masa Agresi Militer Belanda II, beliau memimpin pasukan Hizbullah Banten dalam pertempuran sengit. Salah satu aksinya yang paling dikenang adalah pengeboman Jembatan Manceri untuk menghambat pergerakan pasukan NICA. Beliau di bantu juga saat pertempuran di Balaraja oleh pasukannya KH. Ahmad Choirun dari Cilongok.

Berkat kegigihannya, Balaraja menjadi benteng pertahanan yang kokoh bagi Banten. Keteguhan dan keteladanan Abuya Rasyidi tak hanya menginspirasi para santri dan pengikutnya, tetapi juga seluruh masyarakat Balaraja.

Pada tahun 1945-1949, Abuya Rasyidi dipercaya mengemban amanah sebagai Wedana Balaraja, dan KH. Ardani Panggang sebagai wedana Mauk, KH. Syam’un bupati Serang, KH. Abdul Halim bupati Pandeglang dan KH. A. Khotib sebagai Residen Banten.

Dedikasi dan kepemimpinannya membawa kemajuan dan kedamaian bagi wilayah tersebut.

Pada 16 Ramadhan 1980, tepat saat bedug azan Maghrib berkumandang, Abuya Rasyidi menghembuskan nafas terakhirnya di usia 115 tahun. Kepergiannya meninggalkan duka mendalam bagi keluarga, santri, dan seluruh masyarakat Balaraja.

Jasa dan pengorbanan Abuya Rasyidi tak ternilai harganya. Beliau adalah pahlawan bangsa, ulama panutan, dan pejuang kemerdekaan yang tak kenal lelah. Semangat dan teladannya akan terus hidup di hati dan ingatan masyarakat Balaraja dan Banten.

Semoga Allah SWT mengampuni dosa-dosa beliau dan menempatkannya di surga-Nya. Aamin ya robbal alamiin.(Bonet)

Rekomendasi Anda

BANNER-ATAS

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terkini Lainnya